Mari kita bermain andai
Aku berandai terbang, aku berandai melayang
Aku berandai berlayar, kau berandai tenggelam
Ataukah hanya sebuah harapan
Apabila esok semakin tak nyata
Aku mencoba sadar dari kehidupan
Namun apa?
Aku tersungkur, terpukul, terkapar
Dunia penuh dengan permainan kata
Dimana pemenangnya adalah sang pembuat drama
Penuh intrik, gaya, dan juga karma
Aku hanyalah aku
Mencari cerita dunia
Hingga dunia tahu
Apa itu?
Nyata kah itu
Aku tak tidur dalam maya
Aku hanya ingin terlelap
Pejamkan mata, untuk hargai tubuh menjelang subuh
Lalu kedua mata tak ubahnya rubah
Penuh suka mencari buah
Tanpa tahu jawab berada
Puisi ini terlalu senja
Roman ini terlalu usang
Mari kita bermain andai
Aku berandai jautuh,
Kau berandai tak butuh
Sabtu, 23 November 2013
Senin, 18 November 2013
PEMUDA BERBAJU BIRU
Hai pemuda berbaju biru
Ada apa gerangan dengan dirimu
Mengapa sendu wajah tampanmu
Hingga tertatih langkah kakimu
Hai pemuda berbaju biru
Lihatmu bersedih tak tega hatiku
Hendaklah kau duduk sejenak bersamaku
Sekedar redakan hatimu
Ditemani secangkir kopi Buatanku
Ada apa gerangan dengan dirimu
Mengapa sendu wajah tampanmu
Hingga tertatih langkah kakimu
Hai pemuda berbaju biru
Lihatmu bersedih tak tega hatiku
Hendaklah kau duduk sejenak bersamaku
Sekedar redakan hatimu
Ditemani secangkir kopi Buatanku
Tanpa Nama
Genderang seberang mulai terdengar
Membakar gelora semangat berkibar
Mengharuskan nyawa ini untuk tetap tegar
Menghadapi perangai-perangai yang sangar
Ku tak takut mati di tanganmu
Hanya saja ku tak ingin mereka yang kehilanganku
Fikirmu salah jika ku kan kalah
Karena saat ku melangkah, tak ada kata menyerah
Aku ini kesatria tak perlu nama
Orang mengenalku dengan sederhana
Memerdekakan mereka yang papa
Bukan untuk menjadi sosok yang di damba
Aku datang bukan karena sesuatu yang berharga
Aku datang, karena rasa peduli yang senantiasa menggelora
Membakar gelora semangat berkibar
Mengharuskan nyawa ini untuk tetap tegar
Menghadapi perangai-perangai yang sangar
Ku tak takut mati di tanganmu
Hanya saja ku tak ingin mereka yang kehilanganku
Fikirmu salah jika ku kan kalah
Karena saat ku melangkah, tak ada kata menyerah
Aku ini kesatria tak perlu nama
Orang mengenalku dengan sederhana
Memerdekakan mereka yang papa
Bukan untuk menjadi sosok yang di damba
Aku datang bukan karena sesuatu yang berharga
Aku datang, karena rasa peduli yang senantiasa menggelora
Minggu, 17 November 2013
Narasi Dalam Detik
Melangkah kecil menuju bidang seribu sudut
Mengumpulkan atu persatu pucuk angan tertaut
Saat cerah surya kini tak lagi bersambut
Berhadap dengan algojo hitam pembawa pecut
Tak satupun angan indah beranikan singgah
Dalam pilu terendam dosa indah
Teriakku tak berarti selamat
Gemborku yang tak lagi terhormat
Di depan sana,
Terwajibkan untukku memilih satu diantara dua pintu
Diantara api yang pantas ku masuki
Atau kenikmatan yang enggan ku singgahi
Dengan sederet dosa yang ku wujudkan,
Pantaskah untukku peroleh lagi kenikmatan?
Sesalku merajuk pada berlalunya waktu
Dalam setiap detik ku sombongkan ini dan itu
Tak lagi sanggup menembus buatku
Ampun sudah, matilah aku
Dan kini ku berada dalam ruang berkunci waktu
Aku pun tak payah lagi memutar itu
Tinggalah hancur bobrok aku dimakan waktu
Dalam dosa yang terlanjur membelenggu
Mengumpulkan atu persatu pucuk angan tertaut
Saat cerah surya kini tak lagi bersambut
Berhadap dengan algojo hitam pembawa pecut
Tak satupun angan indah beranikan singgah
Dalam pilu terendam dosa indah
Teriakku tak berarti selamat
Gemborku yang tak lagi terhormat
Di depan sana,
Terwajibkan untukku memilih satu diantara dua pintu
Diantara api yang pantas ku masuki
Atau kenikmatan yang enggan ku singgahi
Dengan sederet dosa yang ku wujudkan,
Pantaskah untukku peroleh lagi kenikmatan?
Sesalku merajuk pada berlalunya waktu
Dalam setiap detik ku sombongkan ini dan itu
Tak lagi sanggup menembus buatku
Ampun sudah, matilah aku
Dan kini ku berada dalam ruang berkunci waktu
Aku pun tak payah lagi memutar itu
Tinggalah hancur bobrok aku dimakan waktu
Dalam dosa yang terlanjur membelenggu
Langganan:
Postingan (Atom)