Selasa, 10 Juni 2014

JEJERIT YANG MERINDU

Egoisme melang lang buana
Ciptakan negara sendiri di dalam negara
Obral hukum terjadi dimana-mana
Seakan keadilan hanya berpihak kepada siapa yang berkuasa
Pimpinan negara ingkar pada bangsanya
Perdana menterin bangun hotel di dalam gedung kerja
Para ulama tak lagi peduli kata haram
Mahasiswa pindah profesi jadi tukang kontroversi
Dengar! jeritanku bukan sembarang mangap
Kehancurannya tinggal menghitung detik saja
Tanda kehancuran nuranu dan kemunafikan merebak meracuni asa
Sumpah, percayai aku
Tirukan dan Berseru
Seantero jagat raya mulai teriak
Kami rindu Kemakmuran!

TENTANG LAMUNAN

Tuhan
Jangan biarkan anganku melang lang mencari sejatinya kepastian
Angan yang mengambang menjelajahi beberapa penggal verita sekaligus,
yang satu pun tak ada yang menyudut, jelas, dan pasti ku lamunkan
Ambang batas kerisauan ini sudah hampir hilang tak terlihat,
walau ku dekati
Terlihat abu-abu benaing seperti kisah hidup tak terperi
Kini angan boleh terpecah menjadi beberapa sub materi
Yang bisa terurai oleh jiwa yang lain
Lain kata
Lain versi

IBARAT

Hembus angin terasa
Sayupnya menghibur hati
Kuku jari jadikan penatah
Ubah ukiran penuh seni
cincin hitam empat permata
Pemberian seorang dewasa
Ku jadikan peluruh jiwa
Malah berbalik merenggut nyawa.

MANTERANYA NEGARA

Jur jur ajur sing jujur malah ajur
Negaranya hancur
Ling ling malaing sing maling wong pentintg
Pejabat negara kerasukan kuda lumping
Dak dak pidak dipidaki wong akeh
Dasar negara mulai dianggap remah

Wuss...
Anginnya bau lapimdo
Nyam nyam nyam
Berasnya bau kutu
Lah dalah
Negaranya miskin

PI jopa japi
Koruptor makin tak punya hati
Mafia yang berdasi
Presiden jadi basi

Wur kowar kawur
Penjahatnya pada kabur
Lari sembunyi di Singapore
Peraturan jadi bubur

Yang kaya makin kaya
Yang miskin di paksa prihatin
Pasar bebas dua ribu lima belas
Pedagang kecil makin amblas

Dukun mana yang tangguh
Dukun mana yang hebat
Kuat menahan buruh
Bisa sihir pejabat

Wahai para petinggi
Jangan maju barang selangkah
jangan banyak omong sampah

Ditumpakn sampah ada belati
Pertimbangkan masa depan kami
Kami bukan seorang darah biru
Hanya budak para penipu 

SURAT KEPADA RINDU

Rindu
Lupakan saja aku
Lupakan juga salam-salam yang aku titipkan dulu

Hai rindu
Maafkan tingkahku
Selalu mengganggu
Selalu memaksamu menjadi kurir tentang salamku

Sudahlah rindu
Buang saja bualanku
Semoga Tuhan tak mengabulkan setiap munajatku untuknya dulu
Lagi pula rindu
Sepertinya Tuhan tak menuliskan
aku untuknya bersatu
Yang selalu berperang dan ku bantah
Dengan keinginan dan impianku

Akhirnya rindu
Aku tak ingin mati dalam salam
Salam-salam Pembunuh
Salam-salam yang pernah menyetubuhi
Dalam keharaman dan hasrat
Kini, aku berlari
Aku pecundang